Suara azan telah dikumandangkan, tepat pukul 03.15 menit. Sepasang suami istri pergi ke musholla untuk sholat ashar. Sepasang suami istri itu bernama Ali dan Zaenab. Ali sebagai imam sekaligus ketua sedangkan Zaenab sebagai guru ngaji di Musholla As-Syukuri, LOTIM. Mereka dikenal masyarakat selalu hidup rukun, damai, sejahtera dan saling setia(tidak pernah selingkuh). Akan tetapi sudah dua tahun mereka belum dikaruniai anak. Setiap hari mereka berdoa selesai sholat. Berdoa. Berdoa, berdoa, berdoa dan berdoa. Disaat zaenab sedang mengajar , tiba-tiba salah satu muridnya meminta izin mengantar ibunya ke Puskesmas karena mau melahirkan. Mukanya berubah total mendengar kata melahirkan. Ya Allah kapan hamba dikaruniai anak, hamba selalu iri melihat orang yang sedang menasehati anaknya, menggendong, melahirkan, ngidam dan mengandung. Hambalah orang yang paling bahagia jika engkau kabulkan doaku. Malamnya ia bermimpi diberikan anak oleh sebuah cahaya yang sangat terang. Lalu ia menceritakan semua yang dialaminya kepada Ali.
Ali :” mungkin ini suatu bertanda buat kita”
Zaenab:” tanda apa”
Ali : “tanda………..”
Zaenab: “aku mual-mual mau muntah”
Pergi kebelakang. Ternyata doa mereka di kabulkan oleh Allah swt. Berkali kali dibacanya alhamdulillah oleh Ali. Setap hari Zaenab menjaga dan membacakan Al-Qur’an kepada cabang bayinya.
Tibalah ia melahirkan, dalam proses bersalin ia tidak mengalami kesakitan karena diawali bacaan bacan doa. Keluarlah bayi laki laki yang bertulisan nama ALLAH di tangan kanannya. Selang beberapa waktu keluar bayi perempuan yang bertulisan nama MUHAMMAD di tangan kanannya. Kembali ali mengucapkan alhamdulillah . Zaenab mengusulkan agar mengadakan syukuran atas kelahiran anaknya. Ali menamakan kedua anaknya dangan nama ULUL AZMI dan USWATUN KHASANAH, kelak mereka menjadi anak yang soleh soleha, berbakti kepada orangtua dan diteladani masyarakat. Sepasang suami istri yang di karuniai anak kembar bahagia hingga ajal menjemput.
Orang yang sabar di sayang Allah.Kesabaran membuahkan Kebahagiaan.
Karya: Mirrotul khaya [VII Che]
0 komentar:
Posting Komentar
KOMENTAR